Para penggemar film asing, pasti tak
asing dengan ikon film bergenre horor, seperti boneka Annabelle yang beberapa tahun terakhir menghantui
beberapa dunia menjadi box office di
bioskop negara masing-masing. Selain itu, muncul sosok Valak dalam film
The Conjuring 1 dan 2. Akhirnya, genre mistis mulai mencuri perhatian sineas negara-negara
berkembang seperti Film Munafik yang dirilis Malaysia dan terakhir Film The
Doll yang dirilis oleh para sineas Indonesia yang tergabung dalam rumah
produksi HitMaker Studios.
Film The Doll memilih boneka Gawiyah
(artinya yang jahat) sebagai adaptasi dari karakter Anabelle. Hanya Gawiyah tak mampu tampil menyeramkan karena tak ada aura mistik yang
dikembangkan secara visual melalui film ini. Gawiyah hadir dengan make up lusuh dan bisa berpindah sendiri
dari satu tempat ke tempat lain.
Banyak netizen mulai nyinyir karena film Indonesia ini terasa begitu mencontek
film horor skala dunia. Walaupun selama seminggu penayangan, film The Doll sudah
berhasil menembus angka 400.000 penonton.
Nah, bagaimana dengan jalan ceritanya . . .
Nah, bagaimana dengan jalan ceritanya . . .
Prolog film tampak dua orang gadis
dan seorang anak laki-laki yang memiliki hubungan saudara kandung sedang
bercerita kepada pasangan yang berprofesi seperti paranormal. Mereka
menceritakan kejadian menyeramkan yang pernah dialami saat ada sebuah boneka tiba-tiba hadir di depan rumah mereka. Adegan ini sekilas juga mirip dengan adegan awal pada film The
Conjuring 2.
Film garapan sutradara dan produser
Rocky Soraya ini berdurasi kurang lebih 104 menit dengan pemeran
utama Shandy Aulia dan Deny Sumargo. Pasangan yang memang sudah teruji dalam
film-film horor sebelumnya sehingga chemistry mudah didapatkan. Hanya totalitas berakting masing-masing sebagai
seorang aktor dan aktris belum bisa ditonjolkan. Beberapa adegan
berbahaya sangat jelas terlihat digantikan oleh stuntman yang terpoles make
up character.
Cerita dimulai tentang kehidupan
baru pasangan suami istri Anya (Shandy Aulia) dan Daniel (Deny Sumargo) yang pindah
rumah ke salah satu komplek elit. Profesi Daniel yang bekerja dibidang
konstruksi membuatnya terlibat dengan proyek lapangan, yaitu pembuatan ruko di Jalan Siliwangi.
Di daerah tersebut, terdapat pohon
besar yang tidak boleh ditebang karena dipercaya angker oleh warga setempat. Hal
ini diyakini karena pada salah satu dahan pohon, duduk sebuah boneka yang telah
dirasuki oleh arwah anak kecil, bernama Uci. Anak itu telah tewas dalam kasus
pembunuhan.
Dengan keberaniannya, Daniel menebang pohon tersebut yang dianggap menganggu proyeknya. Seharusnya adegan penebangan pohon tak perlu ditempatkan pada babak awal untuk bisa mengelabui penonton ke adegan selanjutnya.
Dengan keberaniannya, Daniel menebang pohon tersebut yang dianggap menganggu proyeknya. Seharusnya adegan penebangan pohon tak perlu ditempatkan pada babak awal untuk bisa mengelabui penonton ke adegan selanjutnya.
Lalu, penonton diajak melihat
adegan-adegan kebetulan yang timbul secara tiba-tiba. Seperti boneka Gawiyah yang
ada di pohon dan sudah berpindah ke dalam bagasi mobil Daniel. Keanehan mulai
terjadi di dalam rumah saat boneka tersebut ditempatkan dalam jajaran koleksi
boneka Anya lainnya di sebuah ruangan atas dan mulai menghantui penghuni rumah
mewah itu.
Awalnya, Anya dan Daniel hanya
diganggu oleh aroma busuk seperti bau kentut dan suara-suara aneh disetiap
ruangan yang terdapat dalam rumah. Beberapa kali, mereka mencari
tahu sumber keanehan tersebut. Tak ada yang spesial dalam adegan ini.
Bahkan, adegan dirusak dengan satu part tata cahaya yang terlihat jumping, Contoh saat adegan mereka masuk ke pintu kamar di lantai 2 rumah yang tiba-tiba terbuka dan seolah terkena tiupan angin. Adegan tersebut memiliki latar waktu malam hari, namun ada tata cahaya yang begitu terang tampak seperti pagi hari.
Bahkan, adegan dirusak dengan satu part tata cahaya yang terlihat jumping, Contoh saat adegan mereka masuk ke pintu kamar di lantai 2 rumah yang tiba-tiba terbuka dan seolah terkena tiupan angin. Adegan tersebut memiliki latar waktu malam hari, namun ada tata cahaya yang begitu terang tampak seperti pagi hari.
Setelah itu, penonton diajak
menemani kesendirian Anya saat Daniel bekerja hingga larut malam. Anya mulai
dipermainkan oleh Uci yang merasa ingin balas dendam karena kehilangan tempat
bermain di pohon besar yang telah ditebang oleh Daniel.
Niken, tetangga depan rumahnya yang melihat ada boneka Ghawiyah di rumah Anya juga menyuruh Anya membuang boneka itu. Anak Niken, bernama Chilla juga mulai melihat keberadaan Uci di rumah Anya yang sering mengajaknya bermain bersama. Niken pun memanggil seorang paranormal perempuan (Sara Wijayanto) yang dulu juga pernah menangani boneka Ghawiyah ini. Bahkan sosok pemuka agama seperti karakter ustad juga dihadirkan untuk mengusir arwah-arwah tersebut.
Niken, tetangga depan rumahnya yang melihat ada boneka Ghawiyah di rumah Anya juga menyuruh Anya membuang boneka itu. Anak Niken, bernama Chilla juga mulai melihat keberadaan Uci di rumah Anya yang sering mengajaknya bermain bersama. Niken pun memanggil seorang paranormal perempuan (Sara Wijayanto) yang dulu juga pernah menangani boneka Ghawiyah ini. Bahkan sosok pemuka agama seperti karakter ustad juga dihadirkan untuk mengusir arwah-arwah tersebut.
Tapi, usaha mereka mengusir arwah
jahat tak tampak unggul dalam film. Adegan malah dijejali dengan visual effect kelelawar dalam jumlah
banyak dan sangat mengganggu. Sosok paranormal perempuan juga tampak clean & clear tanpa noda darah yang
berlumuran disekitar. Tak ada gunanya, karakter itu ditampilkan dalam film. Adegan masih jauh untuk beradaptasi seperti film The Conjuring 2 saat Ed dan
Lorraine Warren diminta sang pemilik rumah untuk menghentikan teror dari sosok
arwah jahat di rumah clientnya.
Lama-kelamaan, sosok Uci mulai
menampakkan diri dihadapan Anya dengan teror-teror menegangkan. Film mulai
dijejali dengan adegan kerasukan arwah jahat yang siap saling membunuh dan
menghancurkan segalanya. Arwah tersebut merasuki korban dengan mengeluarkan
cairan aneh seperti darah dari mulut hantu ke mulut korbannya. Adegan semacam
ini mengingatkan Blogger Eksis saat menonton kisah film The Conjuring.
Tulisan-tulisan teror hadir
terlalu banyak dalam film The Doll. Coretan dinding dan kaca, tulisan di langit-langit
ruangan, atau memo pada selembar kertas coba menakut-nakuti para pemeran. Namun,
tulisan semacam ini justru bisa membodohi penonton karena ada beberapa tulisan
yang tidak bisa terbaca jelas. Entah karena tulisannya ditulis samar atau
terlalu cepat ditampilkan menjadi insert
shot.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sutradara. Misal, saat adegan gali kubur untuk boneka hanya
dilakukan oleh 2 orang wanita, sementara ustad hanya berdiri tegang memegang payung
ditengah hujan. Selesai menggali tanah pun, mereka tak tampak kotor sama sekali.
Setelah itu, pakaian para pemeran nyaris kering. Padahal kondisi cuaca hujan
meski mereka mengenakan jas hujan masing-masing.
Penulis skenario tidak mampu
menghadirkan cerita secara utuh. Prolog awal tak pernah dibahas kembali hingga
akhir cerita. Profesi Anya sebagai kolektor atau pembuat boneka tidak
diceritakan secara jelas. Chilla, anak dari Niken tiba-tiba menghilang dari
cerita dan penonton dibiarkan bertanya, mengapa Chilla harus membunyikan
lonceng untuk mengajak bermain.
Terlepas dari sadar atau tidak bahwa
film ini dituding plagiat, The Doll telah memberi aroma baru untuk perfilman
horor Indonesia karena tidak mengandalkan hantu untuk menakut-nakuti penonton
yang ada. Tata suara yang ok sudah mampu mengagetkan beberapa penonton bioskop
selama penayangan. Walau beberapa part dubbing kurang sempurna terdengar dari layar sinema, beberapa adegan thriller
sudah mampu dikelola secara sadis dengan dukungan make up character yang pas. It’s really creepy.
Akhirnya, setelah menonton film ini,
Blogger Eksis hanya berusaha menyadari bahwa dunia lain sama dengan dunia kita. Ada yang
baik dan ada yang jahat*
Makasih infonya, gan. Bermanfaat banget artikelnya, ane juga ada rekomendasi film horor terbaik Indonesia gan
BalasHapus